Kamis, 21 Mei 2009

POLA DAN CIRI KENAMPAKAN ALAM DAN BUDAYA PADA BERBAGAI PETA DAN MEDIA CITRA

A. Membuat Peta Berdasarkan Hasil Pengukuran Jarak Dan Arah Dengan Menggunakan Alat Bantu Meteran Dan Kompas

1. Pengertian, Fungsi, Tujuan Pembuatan, dan Macam Peta
a. Pengertian Peta
Peta adalah gambaran mengenai permukaan bumi yang tampak dari atas pada bidang datar, dengan skala tertentu ditambah tulisan-tulisan dan simbol-simbol sebagai tanda pengenal. Dengan kata lain, peta adalah gambaran konvensional permukaan bumi atau gambaran permukaan bumi yang diperkecil dengan skala. Ada kalanya peta dibuat dalam bentuk seperti kenampakan aslinya, dalam arti bentuk-bentuk permukaan bumi dibuat dalam bentuk timbul, sehingga dikenal dengan peta timbul.
Dalam penggambaran permukaan bumi ke dalam peta, dipergunakan sistem transformasi dari bidang lengkung (permukaan bumi) menuju bidang datar (gambar peta). Untuk mempelajari seluk beluk penggambaran permukaan bumi ada pengetahuan khusus yang mempelajarinya yang dinamakan kartografi. Orang yang ahli dalam bidang perpetaan disebut kartograf atau kartografer.

b. Fungsi dan Tujuan Pembuatan Peta
Peta mempunyai beberapa fungsi di berbagai bidang, antara lain untuk:
1) Menunjukkan letak/lokasi suatu daerah.
2) Menggambarkan luas wilayah.
3) Sebagai alat untuk mencari atau menyajikan data, informasi atau keterangan yang penting di suatu daerah.
4) Sebagai alat untuk perencanaan pembangunan. Misalnya pembangunan jalan, perumahan, lokasi pabrik dan sebagainya.
5) Untuk menyimpan informasi/data-data sutau wilayah atau negara.

c. Macam-macam Peta
Macam-macam peta dapat ditinjau dari jenis, skala, isi, tujuannya.
1) Berdasarkan jenisnya
a) Peta foto ialah peta yang dihasilan dari mozaik foto udara, citrs satelit yang dilengkapi garis kontur, nama, dan legenda.
b) Peta garis ialah peta yang menyajikan detail alam dan buatan manusia dalam bentuk titik, garis, dan luasan.

2) Berdasarkan skalanya
a) Peta kadaster, berskala 1:100 s/d 1:5.000.
Peta semacam ini dipakai untuk menggambarkan peta-peta tanah dan peta dalam sertifikat tanah.
b) Peta skala besar, berskala 1:5.000 s/d 1:250.000.
Peta yang skalanya besar dipergunakan untuk menggambarkan wilayah-wilayah yang relatif sempit misalnya: peta DKI Jakarta.
c) Peta skala sedang, berskala 1:250.000 s/d 1:500.000.
Peta berskala ini dipergunakan untuk menggambarkan daerah-daerah yang agak luas, misalnya peta regional Jawa Timur, Peta Provinsi Bali, dan seterusnya.
d) Peta skala kecil, berskala 1:500.000 s/d 1:1.000.000.
Skala seperti ini dipergunakan untuk menggambarkan daerah-daerah yang cukup luas biasanya berupa negara, misalnya peta Indonesia tahun 2005.
e) Peta skala geografis, berskala lebih kecil dari 1:1.000.000, biasanya dipergunakan untuk menggambarkan kelompok negara, benua, atau dunia.

3) Berdasarkan Isinya :
a) Peta umum/peta ikhtisar.
Adalah peta yang menggambarkan segala sesuatu yang ada dalam suatu daerah. Peta umum dibedakan menjadi : Peta Topografi dan Peta Chorografi. Di dalam peta umum terdapat antara lain sungai, sawah, tempat pemukiman, jalur jalan raya, jalur jalan kereta api, dan sebagainya.
b) Peta khusus/peta tematik.
Peta khusus adalah peta yang menggambarkan kenampakan-kenampakan tertentu.
Contoh peta tematik adalah sebagai berikut:
Peta kepadatan penduduk, Peta kriminalitas, Peta geologi, Peta irigasi, Peta transportasi, Peta lokasi, Peta arkeologi, Peta isohyet. Peta tanah, Peta penggunaan lahan dan sebagainya.

2. Komponen-komponen data
Bagian-bagian pokok peta antara lain sebagai berikut:
a. Judul peta
Menggambarkan isi dan tempat daerah yang digambarkan. Judul dapat diletakkan di sembarang tempat asal tidak mengganggu peta utama. Judul suatu peta dapat diletakkan pada bagian atas tengah di luar peta pokok, bagian atas kiri atau kanan di luar peta pokok, atau dapat ditempatkan yang mudah dibaca, tidak mengurangi makna peta.

b. Garis Astronomis
Garis astronomis berguna untuk menentukan lokasi suatu tempat. Biasanya, garis astronomis hanya dibuat tanda di tepi atau pada garis tepi dengan menunjukkan angka derajat, menit, dan detiknya tanpa membuat garis bujur atau lintang.

c. Inset
Adalah peta kecil yang diletakkan pada peta pokok dan mempunyai fungsi untuk:
1) Menyampung peta yang kekurangan ruang
2) Memperjelas obyek tertentu pada peta yang dianggap penting sehingga perlu ditonjolkan.
3) Untuk menunjukkan letak peta pokok pada peta yang lebih luas.

d. Garis tepi peta
Garis tepi peta sebaiknya dibuat rangkap. Garis tepi ini dapat membantu waktu membuat peta pulau, kota, ataupun wilayah yang dimaksud tepat di tengah-tengahnya.

e. Skala Peta
Yaitu ukuran pada peta, perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya di lapangan. Misalnya skala 1: 1000.000. Ini berarti 1 cm pada gambar sama dengan 1.000.000 cm (10 km) di lapangan.





f. Sumber data dan Tahun Pembuatan
Berfungsi untuk mengetahui sumber data pada peta dan tahun pembuatan menunjukkan data yang digambar pada tahun tersebut. Letaknya di bawah di luar garis tepi.

g. Orientasi Peta/Penjunjuk Arah
Mata angin sangat penting artinya dalam membaca peta. Dengan penunjuk arah ini pembaca dapat mengetahui arah utara, selatan, barat, dan timur pada peta. Penunjuk arah diletakkan di sebelah kiri atas atau di bagian bawah peta. Sebenarnya, posisi penunjuk arah ini tidak harus berada pada posisi tertentu. Yang penting, posisinya terhadap peta secara keseluruhan memberi kesan menarik dan harmonis.

h. Simbol Peta
Simbol peta merupakan tanda-tanda konvensional yang umum digunakan untuk mewakili keadaan yang sebenarnya. Berdasarkan bentuknya, simbol peta dapat diklasifikasikan sebagai berikut. Simbol titik melambangkan ketinggian, tanaman, monumen (candi). Simbol garis melambangkan sungai, jalan, jalan kereta api, batas wilayah administrasi. Simbol area melambangkan pemukiman, area pertanian, dan perkebunan.

i. Warna Peta
Warna dalam peta mencirikan keadaan objek tertentu, misalnya: warna biru untuk lautan/perairan, hijau untuk dataran rendah, kuning untuk dataran tinggi, cokelat untuk pegunungan/gunung yang tinggi, merah untuk bentang hasil budi daya manusia, dan putih untuk puncak pegunungan salju. Dalam penggunaan warna ada kalanya menggunakan warna gradual, artinya warnanya sama tetapi tua mudanya berbeda. Contoh: laut memakai warna biru. Semakin dalam lautnya maka warnanya semakin tua.

j. Legenda
Legenda adalah keterangan dari simbol-simbol peta yang digunakan agar lebih mudah dipahami pembaca. Pada umumnya, legenda terletak di sisi kiri atau kanan bagian bawah suatu peta dan sebaiknya di dalam garis tepi peta. Penempatan legenda ini murni didasarkan pada pendekatan kreativitas dan nilai keindahan seni kartografinya.

k. Lettering
Lettering adalah semua tulisan dan angka-angka yang tertera dalam suatu peta. Lettering juga berfungsi untuk mempertegas arti dari simbol-simbol yang ada. Lettering ini jangan terlalu banyak dan biasanya ditulis dengan huruf cetak kecil yang representatif terhadap besarnya peta.

l. Jenis huruf lettering
Pada dasarnya, setiap penamaan simbol atau kenampakan alam selalu digunakan huruf-huruf standar.
1) Judul peta ditulis dengan huruf cetak besar yang tegak. Tinggi huruf disesuaikan dengan besar peta.
2) Kenampakan di air misalnya sungai, laut, rawa, danau menggunakan huruf bersirip dan miring, besar kecilnya berdasarkan strategisnya.
3) Tulisan sungai ditulis memanjang sesuai dengan arah sungai. Untuk penulisan dapat diletakkan di bagian atas atau bawah sungai dengan jenis miring/italic
4) Legenda ditulis dengan huruf cetak kecil dan diatur supaya baik untuk dilihat
5) Kota-kota besar ditulis dengan tegak dan cetak, lebih kecil dari judul peta. Untuk kota-kota kecil hurufnya juga harus lebih kecil lagi.

m. Proyeksi Peta
Bentuk permukaan bumi yang seperti bola jika digambarkan pada kertas/bidang datar pasti akan mengalami kesalahan-kesalahan. Untuk menghindari atau memperkecil kesalahan, maka dipilihlah cara penggambaran dengan proyeksi.

3. Skala Peta
a. Pengertian
Skala peta adalah angka yang menunjukkan perbandingan jarak di peta (gambar) dengan jarak yang sebenarnya di permukaan bumi.

b. Macam-macam Skala Peta
1) Skala angka dan skala pecahan (numeric scale), yaitu skala yang menunjukkan perbandingan antara jarak di peta dan jarak yang sebenarnya di lapangan, yang dinyatakan dengan angka dan pecahan.
a) Numeric scale (skala angka). Misalnya, 1 : 100.000
b) Representatif fraction = RF (Skala Pecahan) Misalnya, ____1____ (biasa dibaca sakala 100.000 100.000
Misalnya satuan jarak yang dipakai adalah sentimeter, maka 1 cm di peta sama dengan 100.000 cm (1 km) di permukaan bumi. Contoh negara yang menggunakan sistem ini adalah Indonesia.

2) Skala inci (verbal scale), yaitu skala yang dinyatakan dengan kalimat.
Misalnya, 1 inch to one mile, artinya 1 inchi untuk 1 mil. Berarti skalanya 1 : 63.360 (1 cm di peta = 63.360 cm di muka bumi).
Penjelasan :
1 mil = 1,6093 km
= 1.609,3 m
= 160.930 cm
1 inchi = 2,54 cm
Berarti = 2,54 : 160.930 = ————¹—————
63.360 (dibulatkan)
Contoh negara yang menggunakan sistem ini adalah Amerika.

3) Skala grafik (graphical scale line), yaitu skala yang ditunjukkan dengan garis lurus, yang dibagi-bagi dalam bagian yang sama. Setiap bagian menunjukkan satuan panjang yang sama pula. Setiap bagian dapat menggambarkan satuan panjang meter, km, yard atau mil.
Contoh :
0 1 2 3 4
1 : 50.000
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Tiap-tiap bagian garis 1 cm mewakili jarak 1 km (50.000 cm)
Karena : 8 cm = 4 km
1 cm = 4 km (400.000 cm) : 8
= 50.000 cm
Skala = 1 : 50.000

4. Menentukan arah dan jarak menggunakan kompas dan pita ukur
a. Pengukuran jarak
Pengukuran jarak di lapangan dapat menggunakan meteran dari kayu atau meteran gulung yang dapat diulur sampai  100 m. Dari pengukuran tersebut diperoleh data. Data tersebut dapat kita gambarkan dalam kertas dengan skala yang kita tetapkan terlebih dahulu.
b. Pengukuran arah
Untuk menentukan arah dapat digunakan bantuan kompas. Pengukuran arah dengan kompas dimulai dari utara kompas sebagai 0 dan dihitung searah jarum jam sampai 360. Besarnya arah dari 0 ini disebut azimuth atau magnetik azimuth.
Menentukan arah dan jarak dengan kompas dan pita ukur dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Menentukan obyek yang akan dibidik. Obyek yang akan dibidik harus berupa obyek yang tak bergerak. Misalnya pohon, jalan, perempatan jalan dsb.
2) Membidik obyek yang akan ditentukan arahnya. Dilakukan dengan mengarahkan fokus yang tersedia pada kompas pada obyek yang dituju. Tunggulah sampai jarum kompas mencapai keadaan stabil.
3) Perhatikan angka derajat yang ditunjukkan oleh tanda penunjuk besarnya sudut. Sebagai contoh, sudut yang dibentuk oleh sebuah tanda di lapangan adalah 70º. Hal ini berarti posisi tanda tersebut berada pada 70º dari arah utara magnet.
4) Setelah arahnya ditentukan, ukurlah jarak benda yang dibidik dengan kompas tadi dari posisi tempat pembidik menggunakan pita ukur.
5. Membuat Peta menggunakan kompas dan pita ukur
a. Membuat sketsa wilayah.
Hasil penentuan arah dengan kompas dan penentuan jarak dengan pita ukur dicatat pada sebuah tabel. Tahap berikutnya adalah membuat sketsa wilayah yang akan dipetakan di atas sehelai kertas. Sketsa tersebut berupa gambar yang masih kasar. Artinya, sketsa tersebut hanya mementingkan perkiraan bentuk saja tanpa memperhatikan arah dan jarak yang tepat. Tujuan dari pembuatan sketsa tersebut adalah untuk mendapatkan gambaran tentang bentuk daerah yang dipetakan dan untuk memudahkan pembuatan peta yang sebenarnya.
Langkah-langlah untuk membuat sketsa daerah studi adalah sebagai berikut :
1) Siapkanlah peralatan yang diperlukan, yaitu kompas dan pita ukur serta alat-alat tulis (pensil, penghapus, mistar, busur, kertas untuk sketsa, beserta alasnya).
2) Tentukan titik (plot) pertama yang akan dijadikan awal pengukuran. Sebaiknya pengukuran dimulai pada tempat yang mudah diingat dan dibidik.
3) Jika titik pertama sudah ditemukan, langkah berikutnya adalah membidik titik selanjutnya yang akan dipetakan dengan menggunakan kompas.
4) Hasil bidikan dengan kompas dicatat pada tabel yang telah dibuat sebelum ke lapangan. Tabel tersebut berisi nomor plot, angka derajat yang diperoleh dari kompas atau azimuth dan back azimuth serta jarak menuju plot yang dibidik.
5) Ukurlah jarak dari plot pertama ke plot berikutnya dengan menggunakan pita ukur. Catat hasilnya pada tabel.
6) Buatlah sketsa lapangan atau gambar sementara tentang arah dan jarak yang telah diukur tadi.
7) Bidik titik berikutnya dan catatlah hasilnya ! lakukan sampai kembali lagi ke titik awal atau plot pertama.
. Menyajikan hasil pengamatan lapangan
Sketsa gambar yang di buat di lapngan masih merupakan gambarabn kasar. Untuk meghasilkan peta yang baik, gambaran hasil pengamatan di lapangan harus di buat sesuai hasil pengukuran. Adapun langkah pembuatan peta berdasarkan data lapangan adalah sebagai berikut :
1. Tentukan skala peta yang akan di buat. Skala peta akan menentukan besar peta.
2. Tentukan letak plot pertama pada kertas. Perhatikan sketsa yang digambar di lapangan agar gambar yang dibuat tidak keluar dari kertas yang telah disediakan.
3. Buatlah tanda silang pada plot pertama. Tanda tersebut menunjuk ke arah utara magnet.
4. Pada plot pertama atau tanda silang tadi, buatlah garis dengan arah dan panjang atau jarak berdasarkan hasil pengukuran di lapangan. Arah diperoleh dari sudut kompas atau azimuth yang ada pada tabel. Panjang garis disesuaikan dengan skala.
Contoh, jika skala peta yang akan di buat adalah 1 : 500 dan hasil pengukuran jarak di lapangan adalah 50 meter, maka panjang garisnya di peta adalah 10 cm.
5. Lakukanlah langkah-langkah tadi untuk plot berikutnya sampai kembali ke plot yang pertama tadi.
Melakukan klasifikasi data, tabulasi, dan membuat grafik
1. Klasifikasi data
Klasifikasi data perlu dilakukan karena data mentah yang diperoleh di lapangan belum tersusun dengan baik dan jumlahnya sangat besar. Agar data lebih sederhana maka harus diklasifikasikan terlebih dahulu. Pada saat mengklasifikasi data terdapat sejumlah aturan yang harus diperhatikan. Aturan tersebut mencakup :
a. Jumlah kelas data
Langkah pertama adalah menentukan jumlah kelas atau kelompok data. Semakin banyak jumlah kelasnya semakin rinci data yang ditampilkan, begitu pula sebalinya. Jika klasifikasinya terlalu banyak, maka peta akan nampak rumit sehingga sulit dibaca oleh pembaca peta. Padahal syarat peta yang baik adalah informatif dan mudah dibaca oleh ppengguna peta.
Dalam penentuan jumlah kelas, harus mempertimbangkan antara lain sebagai berikut:
1) Maksud pembuatan peta. Peta yang bertujuan memberikan informasi umum tidak perlu terlalu banyak menggunakan jumlah kelas.
2) Ketelitian data. Semakin tinggi tingkat ketelitian yang dibutuhkan, maka jumlah kelasnya semakin banyak.
3) Skala peta. Skala peta yang besar seharusnya memiliki jumlah kelas interval yang besar pula.

b. Batas kelas
Terdapat sejumlah cara untuk membuat batas kelas. Namun perlu diperhatikan terlebih dahulu aturan umumnya, yaitu :
1) sebaiknya kelas interval disesuaikan dengan batas-batas kelas yang diambil
2) tidak boleh ada kelas interval yang tumpang tindih
3) tidak boleh ada kelas interval yang datanya kosong
4) mempunyai hubungan matematik yang sederhana

Secara umum terdapat beberapa tipe batas kelas yang digunakan, yaitu :

a) Kelas interval yang tetap atau konstan
Sesuai dengan namanya, batas kelas interval di buat sama. Contoh, jika kisaran datanya adalah 500 dan jumlah kelas yang diinginkan adalah 5, maka batas kelas intervalnya adalah 100.
Kelas interval = Kisaran data (data range)____
Jumlah kelas (nomber of class)
Kelas interval = 500 = 100
5

Kelas Interval

1 0 - 100
2 101 - 200
3 201 - 300
4 301 - 400
5 401 - 500

b) Interval berdasarkan hitungan
Pada perhitungan dengan cara geometrik, batas atas kelas selalu menghasilkan jumlah kuadrat dari batas atas sebelumnya.
Contoh :

Kelas Interval
1 0 - 10
2 11 - 100
3 101 - 1000
4 1001 - 10000
5 10001 - 100000

c) Interval tidak teatur
Dibuat secara acak atau tidak mempunyai pola yang jelas.
Contoh :
Kelas Interval
1 0 - 50
2 51 - 150
3 151 - 225
4 226 - 275
5 276 - 400

2. Tabulasi Data
Adalah proses memasukan data ke dalam tabel. Tabulasi data di buat berdasarkan klasifikasi tertentu sebelum masuk pada proses pemetaan. Maksudnya adalah untuk menyederhanakan data, sehingga pola datanya mudah dilihat untuk keperluan analisis.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat membuat tabel untuk keperluan tabulasi data,
antara lain :
a. Struktur Tabel
Tabel biasanya terdiri atas, nama atau judul tabel, catatan pendahuluan dan catatan di bawah tabel, sumber data, unit persentase dan bentul tabel.
b. Cara penyusunan data pada tabel
1) Secara alfabetis, data pada tabel disusun berdasarkan urutan huruf alfabet yaitu dari huruf a sampai z.
2) Secara geografis, penyusunan data dilakukan berdasarkan pembagian wilayah ke dalam kelompok tertentu. Misalnya kelompok wilayah Jawa dan Madura, Nusa Tenggara dsb.
3) Berdasarkan besaran angka-angka, dilakukan berdasarkan besarnya angka pada data yang akan ditampilkan. Mulai dari angka yang terbesar hingga angka yang paling kecil atau sebaliknya.
4) Secara historis, memperhatikan urutan waktu secara kronologis
5) Berdasarkan kelas-kelas lazim, dilakukan menggunakan pengelompokkan yang biasa atau bahkan standar oleh kalangan atau lembaga tertentu.

3. Membuat Grafik
Ada beberapa bentuk grafik atau diagram yang sering digunakan dalam pemetaan.
a. Diagram Garis (line chart)
Sesuai dengan namanya diagram tersebut berbentuk garis atau kurva. Kurva deret berkala banyak digunakan untuk data yang bersifat kronologis atau menunjukkan perkembangan secara berurutan. Cara membuat diagram deret berkala adalah dengan menempatkan waktu (hari, minggu, bulan, tahun dan seterusnya). Misalnya data curah hujan pada suatu tempat per bulan sepanjang tahun.
b. Diagram balok (bar chart)
Umumnya digunakan untuk menyajikan data yang memiliki besaran tertentu. Jika data yang ditampilkan menunjukkan urutan kejadian berdasarkan waktu, maka dianjurkan untuk membuat diagram balok secara vertikal. Pembuatan diagram balok secara horisontal sering dibuat untuk menyajikan data penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin. Diagram tersebut dikenal sebagai piramida penduduk
c. Diagram lingkar (pie chart)
Cara ini dipakai untuk memberikan informasi beberapa data yang memiliki persentase yang berbeda pada suatu daerah dan waktu tertentu. Misalnya untuk menyajikan perbandingan atau persentase penduduk miskin di beberapa negara ASEAN.

C. Membuat Peta Tematik Dengan Menggunakan Simbol (Titik, Garis, Dan Luasan)
1. Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan Simbol
Ada dua macam simbol untuk pembuatan peta, yaitu simbol yang mencerminkan data kualitatif dan simbol yang mencerminkan data kuantitatif. Kedua simbol itu disajikan dalam bentuk simbol titik, simbol garis, dan simbol luasan. Beberapa contoh simbol peta adalah sebagai berikut:

a. Simbol titik
Simbol titik digunakan untuk menggambarkan penyebaran berbagai fenomena di permukaan bumi. Simbol titik terbagi 2 bagian yaitu:
1) Bersifat kualitatif, merupakan gambaran data geografis asli dari unsur yang diwakilinya. Terbagi atas 3 simbol, yaitu simbol titik piktokrat, geometrik, dan dalam bentuk huruf.
Misalnya, simbol yang menyatakan bangunan, untuk menggambarkan letak suatu kota, simbol yang mempresentasikan kantor.
2) Bersifat kuantitatif, merupakan simbol yang menyatakan identitas dan menunjukkan besaran atau jumlah dari unsur yang diwakilinya.
Misalnya, simbol titik yang menyatakan harga, simbol titik dengan satuan harga, simbol titik secara proporsional., simbol titik dalam bentuk diagram.

b. Simbol garis
Simbol garis digunakan untuk memperlihatkan karakter fenomena. Simbol titik juga terbagi menjadi 2, yaitu :
1) Simbol garis yang bersifat kualitatif. terbagi menjadi :
a) Simbol garis deskriptif, yaitu simbol garis yang menyatakan unsur-unsur di permukaan bumi dengan cara penyajian yang sebenarnya atau mendekati kenyataan. Misalnya, simbol yang menyatakan jalan raya, jalan kereta api, sungai dan sebagainya.
b) Simbol garis abstrak, yaitu simbol juga dapat menggambarkan jumlah/kuantitas suatu fenomena tertentu. Dalam penggambarannya biasanya digunakan isopleth, yaitu garis-garis di peta yang menghubungkan tempat-tempat dengan densitas atau nilai distribusi yang sama.
2) Simbol garis yang bersifat kuantitatif, terbagi menjadi :
a) Simbol garis yang memiliki harga yang sama (isoline)
b) Simbol dalam bentuk alur (flow line)
c) Simbol garis dengan bentuk panah

c. Simbol luasan
Simbol luasan digunakan untuk mewakili suatu area dengan simbol yang mencakup kawasan luasan tertentu. Simbol yang bersifat kualitatif terdiri dari :
1) Simbol luas deskriptif, yaitu simbol luas yang menyatakan unsur di p[ermukaan bumi yang mempunyai area tertentu misalnya menggambarkan daerah rawa, hutan, padang pasir, dan lain-lain.
2) Simbol luas abstrak, yaitu simbol yang menyatakan area tertentu dengan cara penyajian menggunakan garis atau titik.
Sedangkan simbol luas dengan menggunakan warna menunjukkan kuantitas dari suatu area di permukaan bumi. Semakin tajam warna, maka semakin tinggi persentase harga yang bersangkutan.

2. Membuat Peta Berdasarkan Data Koordinat Dengan Sistem Proyeksi Peta
Proyeksi peta adalah cara menggambarkan garis-garis paralel dan meredian dari globe ke kertas datar. Problem yang mendasar dalam proyeksi peta adalah pemindahan titik-titik dari bidang lengkung ke bidang datar.
Agar peta dapat berfungsi dengan baik, tiga persyaratan pokok berikut harus dipenuhi dalam memilih jenis proyeksi:
a. Conform : berarti bentuk-bentuk atau sudut-sudut pada peta dipertahankan sama dengan bentuk aslinya.
b. Equivalent : berarti daerah-daerah atau bidang-bidang yang digambarkan pada peta harus sama luas dengan luas di atas muka bumi.
c. Ekuidistant : berarti jarak-jarak yang digambarkan peta harus tepat perbandingannya dengan keadaan jarak-jarak sesungguhnya.
Berdasarkan proyeksinya, peta dibedakan atas 4 golongan, yaitu proyeksi zenithal (azimuthal), proyeksi silinder (cylindris), proyeksi kerucut (conic), proyeksi unik (unique).
1) Proyeksi zenithal adalah bidang proyeksi berupa bidang datar yang menyinggung bola pada kutub, ekuator atau di sembarang tempat yang terletak antara ekuator dan kutub. Proyeksi ini paling baik untuk menggambarkan daerah di sekitar ekuator.
Proyeksi zenithal dibedakan menjadi beberapa macam, diantaranya :
a) Proyeksi Azimuthal Gnomonis
Titik sumber proyeksinya terletak pada pusat bola bumi. Oleh karena itu, proyeksinya disebut proyeksi sentral. Setelah diproyeksikan, lingkaran paralel mengalami pembesaran ke arah luar dan suatu area pada lintang 45°mengalami pembesaran tiga kali lipat.
b) Proyeksi Azimuthal Stereografis
Titik sumber proyeksinya di kutub yang berlawanan dengan titik singgung bidang proyeksi dengan kutub bola bumi. Jarak antar lingkaran paralel tergambar semakin membesar ke arah luar.
c) Proyeksi Azimuthal Orthografis
Titik sumber proyeksinya terletak titik tak terhingga, sehuingga sinar proyeksi merupakan garis-garis yang sejajar. Jarak antar lingkaran garis lintang semakin mengecil bila semakin jauh dari pusat.
2) Proyeksi silinder adalah semua pararel merupakan garis horisontal dan semua meridian berupa garis lurus vertikal. Proyeksi ini paling tepat menggambar daerah ekuator sebab ke arah kutub terjadi pemanjangan garis (pemekaran).
Keuntungan proyeksi silinder: yaitu tempat-tempat yang pararelnya sama terletak pada satu garis lurus.
Pararel dan meridian sering dapat dihapuskan dan hanya diberi angka pada bagian tepi bingkai gambar hasil proyeksi.
3) Proyeksi kerucut diperoleh dengan memproyeksikan globe pada kerucut yang menyinggung atau memotong globe kemudian dibuka, sehingga bentangannya ditentukan oleh sudut puncaknya. Proyeksi ini paling tepat untuk menggambar daerah-daerah di lintang 45.
D. Membedakan Peta Dengan Media Citra (Foto Udara Dan Citra Satelit)

Peta merupakan gambaran unsur-unsur atau kenampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi atau yang berkaitan dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa. Pada umumnya, peta digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil.
Citra merupakan gambaran atau rekaman suatu obyek yang dihasilkan oleh pantulan atau pembiasan sinar yang difokuskan oleh sebuah lensa atau sebuah cermin.

Perbedaan antara peta dengan citra.
1. Hasil yang diperoleh
a. Gambaran unsur-unsur permukaan bumi pada peta dinyatakan dengan simbol-simbol warna sesuai dengan keadaan alam yang sebenarnya. Kecuali unsur-unsur bentang budaya, seperti jalan, jalan kereta api dan sebagainya diberi warna tersendiri.
b. Gambaran unsur-unsur permukaan bumi pada foto udara menghasilkan 2 dimensi. Data dari foto udara lebih akurat karena pengumpulan data di permukaan bumi langsung difoto dari udara dengan pesawat terbang.
c. Gambaran unsur-unsur permukaan bumi pada citra satelit menghasilkan gambar (visual). Gambar hasil citra satelit ini warnanya kadang-kadang tidak sesuai dengan warna yang sebenarnya di lapangan. Pengamatan hasil citra satelit (gambar atau visual) dapat langsung menggunakan mata, tanpa bantuan alat lainnya.
d. Citra bersifat tidak selektif adapun peta bersifat sebaliknya. Seluruh kenampakan yang ada di permukaan bumi tergambar pada citra, sedangkan pada peta hanya obyek tertentu.
e. Detail penting pada citra sukar dilihat, sedangkan pada peta mudah terlihat. Hal ini karena seluruh obyek pada citra terganmbar tanpa ada penonjolan obyek tertentu.
f. Tidak sembarang orang dapat menggunakan citra. Citra hanya dapat digunakan oleh meraka yang sudah terdidik dan terlatih. Sedangkan peta, hampir setiap orang mampu mebacanya.
g. Pada citra, masih terdapat kesalahan planimetrik, yaitu kesalahan yang menyangkut jarak dan luas. Semakin jauh obyek dari fokus kamera, kesalahan tersebut semakin besar. Sedangkan kesalahan planimetrik pada peta biasanya telah mengalami perbaikan dengan menggunakan sistem proyeksi peta yang sesuai.

2. Proses pembuatan
a. Pembuatan peta dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut .
1) Konvensional, yaitu menghitung luasnya, mengukur jarak garis lintang dan garis bujur suatu daerah. Kemudian digambar dengantangan berdasarkan skalanya pada kertas lain.
2) Elektronik, yaitu dengan mempergunakan komputer yang telah dirancang sedemikian rupa menggunakan program tertentu.
b. Pembuatan foto udara dilakukan dengan pesawat terbang yang membawa alat sensor, yaitu kamera, scanner, dan radiometer. Kamera yang digunakan adalah kamera tunggal atau kamera jamak, diisi dengan film negatif.
c. Pembuatan citra satelit dilakukan dengan satelit buatan manusia. Misalnya satelit yang pernah membuat citra satelit di Indonesia, yaitu Landsat-TM (USA), SPOT ( Perancis), dan MOSI atau MONO (Jepang). Pada satelit dilengkapi dengan alat perekam dan pita magnetik. Setelah satelit merekam permukaan bumi yang diinginkan, lalu dsimpan pada pita magnetik. Setelah data sampai di bumi, data dipindahkan ke dalam disket. Selanjutnya, disket tersebut dimasukkan ke dalam komputer ditayangkan pada layar monitor. Setelah diamati dengan seksama, gambar dilengkapi dengan judul dan keterangan-keterangan yang mendukung, lalu dicetak menjadi citra satelit.
E. Pola Dan Ciri Kenampakan Alam Dari Hasil Pemetaan Dan Interprestasi Citra.
1. Arti Penginderaan Jauh, Hasil-hasil dan Pemanfaatannya
a. Arti penginderaan Jauh
Penginderaan Jauh atau Remote Sensing adalah upaya untuk mengetahui suatu objek dengan menggunakan sensor (alat pengindera), baik sensor alamiah maupun sensor buatan. Sensor alamiah adalah berupa mata, telinga, hidung, lidah dan kulit. Sensor buatan antara lain berupa kamera, sonar, magnetometer, radiometer, dan scanner.
Beberapa ahli memberikan definisi penginderaan jauh sebagai berikut:
Menurut Lindgren, penginderaan jauh adalah berbagai teknik yang dikembangkan untuk memperoleh dan menganalisis tentang bumi. Sementara menurut Welson dan Bufon, penginderaan jauh didefinisikan sebagai suatu ilmu, seni, dan teknik untuk memperoleh informasi tentang objek, area, dan gejala dengan menggunakan alat dan tanpa kontak langsung dengan objek area dan gejala tersebut.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang disebut penginderaan jauh adalah suatu ilmu, seni, dan teknik dalam usaha untuk mengetahui bend, gejala, dan area dari jarak jauh dengan menggunakan alat pengindera berupa sensor buatan.
Sensor buatan yang digunakan dalam penginderaan jauh dapat berupa kamera, sonar, radiometer, atau magnetometer yang dipasang pada wahana pesawat terbang, satelit, pesawat ulang alik, dn sebagainya. Objek-objek yang terekam oleh sensor buatan tersebut dapat diidentifikasi dan diteliti dengan mengkaji hasil rekamannya. Sensor yang digunakan dalam penginderaan jauh ini dapat berfungsi jika ada zat antara (media). Zat antara ini umumnya berupa atmosfer. Untuk lebih jelasnya perhatikanlah gambar berikut ini.
b. Hasil-hasil Penginderaan Jauh
1) Gambar (visual)
Hasil penginderaan jauh berupa gambar (visual) dikaji secara manual. Kualitas gambar tergantung dari besarnya pantulan atau pancaran tenaga yang datang dari benda yang diambil gambarnya. Data yang berupa gambar dapat dibedakan menjadi gambar satu dimensi (non citra) dan gambar dua dimensi (citra).
2) Numerik (angka)
Perolehan data dapat dilakukan secara digital, yaitu dengan menggunakan komputer. Data (rekaman) yang berupa angka menunjukkan nilai pantulan atau pancaran benda-benda. Data angka disimpan dalam pita magnetik dan diinterpretasikan dengan menggunakan komputer.

c. Komponen Penginderaan Jauh
1) Sumber tenaga yaitu sinar matahari
2) Atmosfer sebagai media yang menyerap, memantulkan, menghamburkan, dan melewatkan radiasi elektromagnet.
3) Obyek yang dikenali di permukaan bumi yaitu segala benda yang memantulkan atau memancarkan spektrum elektromagnetik yang menjadi sasaran dalam penginderaan jauh yaitu meliputi, atmosfer, biosfer, hidrosfer dan litosfer.
4) Sensor yaitu benda yang digunakan untuk merekam obyek-obyek alam.
5) Sistem pengolahan data/citra keluaran yang diperoleh dari hasil perekaman sensor yang dapat dikenali melalui unsur interpretasi.
6) Pengguna (user) yaitu orang atau lembaga yang memanfaatkan data dari hasil penginderaan jauh untuk kepentingan tertentu di bidang pertanian, kehutanan, pemetaan, kelautan, pengembangan wilayah, arkeologi, cuaca, perhubungan dan sebagainya.

d. Pemanfaatan Penginderaan Jauh
Kegunaan citra penginderaan jauh antara lain, sebagai alat bantu dalam menyusun teori, sebagai alat untuk menemukan fakta, sebagai alat penelitian, sebagai dasar penjelasan, sebagai alat dalam prediksi dan pengendalian.Disamping itu pemanfaatan penginderaan jauh dapat digunakan sebagai berikut :
1) Dalam bidang geologi, geodesi dan lingkungan, misalnya :
a) Untuk pemetaaan permukaan, disamping pemotretan dengan pesawat terbang serta berguna untuk Sistem Informasi Geografi atau Geographic Information System.
b) Menentukan struktur geologi dan macamnya.
c) Pemantauan daerah bencana (kebakaran, gempa bumi, banjir dan sebagainya).
d) Pemantauan distribusi sumber daya alam. Misalnya, hutan (lokasi, macam, kepadatan dan kerusakannya), bahan tambang (emas, uranium, minyak bumi, batubara dan beragam kekayaan laut).
e) Pemantauan pencemaran laut dan lapisan minyak bumi
f) Pemantauan bidang pertahanan atau militer
2) Dalam bidang hidrologi, misalnya :
a) Pemantauan luas daerah dan kekuatan banjir
b) Pemantauan daerah aliran sungai dan pemeliharaan sungai
c) Pemetaaan sungai dan penelitian pengendalian sungai
3) Dalam bidang oceanografi, misalnya :
a) Pengamatan pasang naik dan pasang surut serta gelombang laut.
b) Pengamatan sifat fisis air laut
c) Penelitian perubahan pantai, erosi dan sedimentasi
4) Dalam bidang meteorologi,
a) Membantu menganalisis dan prakiraan cuaca dengan menentukan daerah tekanan tinggi, rendah, daerah hujan, daerah siklon dan badai.
b) Pengamatan iklim suatu daerah dengan pengamatan tingkat kandungan air dalam dalam udara.
c) Pengumpulan data meteorologi dan klimatologi
d) Mengamati sistem atau pola angin permukaan
5) Dalam bidang pertanian
a) Prakiraan awal musim tanam
b) Prakiraan hasil panenan
c) Pemanfaatan tata guna tanah pertanian
d) Pengelolaan pertanian dan perkebunan

Beberapa bidang disiplin ilmu tersebut menggunakan citra satelit sumber daya. Data satelit dangat beragam tergantung pada jenis satelitnya, misalnya sutelit sumber daya alamm yang ditujukan untuk memperoleh data sumber daya alam. Contoh satelit sumber daya alam yang lain adalah sebagai berikut:
(1) LANDSAT (Land Resources Satelite) diluncurkan dan dimiliki oleh Amerika Serikat.
(2) SPOT (System Probotaire de observation de la terra) diluncurkan dan dimiliki Perancis.
(3) MOS (marine observation satelite) diluncurkan dan dimiliki oleh Jepang.
(4) Seasat (sea satelite) diluncurkan dan dimiliki Amerika Serikat.
(5) ERS (earth resources satelite) diluncurkan dan dimiliki oleh Eropa
(6) Luna diluncurkan dan dimiliki oleh Rusia.

Satelit cuaca ditunjukkan untuk memperoleh data keadaan cauca. Contoh satelit cuaca adalah sebagai berikut:
(1) TIROS (thermal infrared observation satelite) diluncurkan dan dimiliki oleh Amerika Serikat.
(2) GOES (Geostationary operational enviromental satelite) diluncurkan dan dimiliki oleh Amerika Serikat.
(3) Meteosat (Meteorological satelite) diluncurkan dan dimiliki oleh lembaga Antariksa Eropa.
(4) SKYLAB diluncurkan dan dimiliki oleh Amerika Serikat.
(5) OAO-2 (orbiting Astronomical observatory) diluncurkan dan dimiliki oleh Amerika Serikat.
(6) Aqua diluncurkan dan dimiliki oleh Amerika Serikat. Satelit Aqua yang diluncurkan pada Mei 2002 membawa peralatan pengamat cuaca AIRS, AMSU dan HSB.
AIRS (Atmospheric Infrared Sounder) dipergunakan untuk mengetahui keadaan atmosfer bumi.
AMSU (Advanced Microwaved Sounding Unit) dipergunakan untuk mengetahui pergerakan awan.
HSB (Humidity Sounder for Brazil) dipergunakan untuk mengetahui kelembaban udara wilayah Brazil.
(7) Himawari diluncurkan dan dimiliki oleh Jepang.

2. Membedakan citra satelit berdasarkan spektrum elektromagnetik, sensor dan wahana yang digunakan
Citra adalah gambaran obyek sebagai hasil pantulan atau pembiasan sinar yang difokuskan oleh sebuah lensa atau sebuah cermin terhadap obyek. Citra dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
a. Citra Foto
Citra foto adalah gambaran suatu obyek yang dibuat dari pesawat udara dengan kamera dan hasilnya disebut foto udara.
1) Berdasarkan sumbu kamera, citra foto dibedakan sebagai berikut.
a) Foto fertikal, foto yang dibuat dengan sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi.
b) Foto condong, yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera menyudut terhadap garis tegak lurus di permukaan bumi.
2) Berdasarkan sudut liputan kamera, citra foto dibedakan menjadi,
a) Sudut kecil, bila sudut liputannya kurang dari 60°
b) Sudut normal, bila sudut liputannya antara 60° – 75°
c) Sudut besar, bila sudut liputannya antara 75°-100°
d) Sudut sanngat besar, bila sudut liputannya lebih dari 100°
3) Berdasarkan jenis kamera, dibedakan sebagai berikut.
a) Foto tunggal, yaitu foto yang dibuat dengan kamera tunggal
b) Foto jamak, yaitufoto yang dibuat dengan beberapa kamera, pada saat yang sama, dan daerah sasarannya sama.
4) Berdasarkan warna yang digunakan, citra foto dibedakan sebagai berikut,
a) Foto berwarna semu, yaitu warna obyek tidak sama dengan warna foto. Misalnya vegetasi yang berwarna hijau pada foto menjadi merah karena menggunakan sinar infra merah.
b) Foto warna asli, yaitu foto yang sesuai dengan obyek aslinya
5) Berdasarkan sistem wahana, citra foto dibedakan,
a) Foto udara, foto yang dibuat dari pesawat udara atau dari balon sonde.
b) Foto satelit atau foto orbital, yaitu foto yang dibuat dari satelit
6) Berdasarkan spektrum elektromagnetik, citra foto dibedakan,
a) Foto infra merah asli, yaitu foto yang pembuatannya menggunakan proses spektrum infra merah.
b) Foto inframerah modifikasi, yaitu foto yang proses pembuatannya menggunakan modifikasi antara spektrum infra merah dekat dan spektrum tampak pada saluran merah dan saluran hijau.
c) Foto ultraviolet, yaitu foto yang pembuatannya menggunakan spektrum ultraviolet.
d) Foto pankromatik, yaitu yang pembuatannya menggunakan semua spektrum sinar mulai dari sinar merah sampai ungu.
e) Foto orthokromatik, yaitu foto yang pembuatannya menggunakan spektrum sinar biru sampai sinar hijau.

b. Citra Non Foto
1) Berdasarkan spektrum elektromagnetik
Citra nonfoto dapat dibedakan dua macam, yaitu citra inframerah termal dan citra radar.
Citra inframerah termal ialah citra yang dibuat dengan spektrum inframerah termal. Penginderaannya didasarkan atas beda suhu objek dan daya pancarnya yang tercermin dengan beda rona atau beda warnanya.
Citra radar ialah citra yang disebut dengan spektrum gelombang mikro. Citra radar menggunakan sistem aktif tenaga buatan. Disampng itu juga ada citra gelombang mikro yang menggunakan sistem pasif atau tenaga alamiah.

2) Berdasarkan Sensor
Citra nonfoto dibedakan menjadi dua yaitu citra tunggal dan citra multispektral. Citra tunggal adalah citra yang dibuat dengan sensor tunggal. Citra multispektral adalah citra yang dibuat dengan saluran sensor jamak. Pada Landsat, citra multispektral sering dibedakan menjadi dua, yaitu citra return beam vidicon (RBV), dibuat dengan kamera Return Bean Vidicon dan citra Multispektral Scanner (MSS), dibuat dengan MSS sebagai sensornya.

3) Berdasarkan Wahana
Berdasarkan wahana yang digunakan, citra nonfoto dibedakan menjadi dua, yaitu citra dirgantra dan citra satelit. Citra dirgantara adalah citra yang dibuat dengan wahana yang berbeda di udara, misalnya citra inframerah termal, radar, dan MSS. Citra satelit adalah citra yang dibuat dari angkasa luar.
Citra satelit dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
a) Citra satelit untuk penginderaan planet, misalnya citra satelit ranger dan viking (AS), citra satelit Runa dan Venera (Rusia)
b) Citra satelit untuk penginderaan cuaca, misalnya citra NOAA (AS) dan citra satelit Meteor (Rusia)
c) Citra satelit untuk penginderaan sumber daya bumi, misalnya citra Landsat (AS) dan citra Soyuz (Rusia) dan citra SPOT (Perancis).
d) Citra satelit untuk menginderakan laut, misalnya citra Seasat (AS) dan Citra MOS (Jepang).

c. Sensor
Sensor adalah suatu benda yang digunakan untuk merekam obyek-obyek di muka bumi.
Berdasarkan proses perekamannya, sensor dapat dibedakan sebagai berikut>
1) Sensor Fotografik
Merupakan proses perekaman obyek secara kimiawi. Tenaga elektromagbetik diterima dan direkam pada film, kemudian diproses menjadi foto. Pemotretan dilakukan dengan pesawat udara atau melalui foto udara. Pemotretan dapat dilakukan dari antariksa atau melalui foto orbital (foto satelit).
2) Sensor Elektronik
Sensor elektronik dilakukan dengan menggunakan tenaga elektronik dalam bentuk sinyal elektrik. Alat penerima dan perekamnya bukan film, tetapi berupa pita magnetik. Sinyal elektrik yang direkam pita magnetik kemudian diproses menjadi data visual.
3. Beberapa Hal Penting dalam Penginderaan Jauh
a. Resolusi dalam Inderaja
Resolusi adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk menyajikan jumlah pixel (picture element) dan daerah di muka bumi yang diwakili oleh pixel tersebut.

b. Target
Target adalah segala sesuatu yang dapat direkam sebagai citra. Target didefinisikan sebagai sesuatu dengan sifat geometrinya (tipe, ukuran, dan sebagainya) serta sebagai penyajian dari sifat radiometrik benda

c. Pengaruh Atmosfer terhadap Gelombang Elektromagnetik
Persentase pengaruh atmosfer terhadap gelombang elektromagbetik adalah
1) 3 % diserap oleh ozon
2) 25 % dipantulkan oleh atau dari awan
3) 19 % diserap oleh debu dan gas
4) 8 % dipantulkan dari permukaan bumi
5) 45 % diserap oleh bumi

d. Interaksi Energi
Interaksi energi dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut,
1) Musim atau waktu
2) Keadaan cuaca
3) Kondisi permukaan
4) Liputan lahan (vegetasi dan sebagainya)

e. Interpretasi Citra
1) Unsur-unsur Interpretasi Citra
Untuk mengenali obyek pada citra maka digunakan unsur intepretasi yang terdiri dari :
a) Rona dan warna, yaitu tingkat gelap cerahnya obyek pada citra.
b) Ukuran yaitu jarak, luas, tinggi, volume, obyek pada citra yang dapat dikenali dari skalanya.
c) Bentuk yang merupakan konfigurasi atau kerangka suatu obyek pada citra, meliputi bentuk susunan atau struktur yang lebih rinci.
d) Tekstur yaitu frekuensi perubahan rona pada citra, dikenali dengan kasar halusnya obyek pada citra.
e) Pola yaitu hubungan susunan keruangan suatu obyek
f) Bayangan yaitu bidang gelap yang timbul dari adanya penghalang suatu benda/obyek dari kamera.
g) Situs yaitu lokasi obyek atau letak yang dipotret dalam hubungannya dengan obyek lain.
h) Asosiasi yaitu keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek lainnya.
i) Konvergensi bukti yaitu penggunaan beberapa unsur interpretasi citra sehingga lingkupnya menjadi semakin menyempit pada suatu kesimpulan.

2) Pengambilan Informasi dari Citra
Didalam pengambilan informasi dari citra terdapat 5 kategori, yaitu :
a) Klasifikasi, yaitu suatu proses untuk mengklasifikasi informasi berdasarkan sifat-sifat spektral, spasial dan temporal dari citra.
b) Deteksi perubahan, berdasar atas pengambilan citra dalam waktu yang berbeda.
c) Ekstrasi dari keadaan kuantitas sifat-sifat fisik citra. Yaitu ekstraksi informasi berdasar hasil pengukuran kuantitas sifat-sifat fisik citra, seperti temperatur dan elevasi dari keadaan spektral, stereo dan sebagainya.
d) Ekstrasi dari aplikasi penerapan metode baru pada citra. Informasi didapat dengan menerapkan metode komputasi baru penentuan indeks seperti indeks vegetasi dari citra satelit.
e) Aplikasi untuk pendeteksian topik khusus. Pengkhususan topik dari hasil identifikasi unsur-unsur yang mempunyai sifat spesifik, seperti arkelogi, bencana dan sebainya.

3) Interpretasi Citra Secara Visual
Interpretasi secara visual, yaitu penafsiran secara intensif atas suatu citra yang dilaksanakan secara menyeluruh untuk mengidentifikasi, menginterpretasi dan menyimpulkan hasil penafsiran kenampakan dari unsur-unsur pada citratersebut.

4) Proses Interpretasi Citra
Adalah proses pengambilan informasi baik secara kualitatif maupun kuantitatif dari citra. Caranya dengan memperhatikan pengetahuan maupun pengalaman untuk mengenal sifat-sifat unsur yang terkandung dengan menerapkan kunci-kunci pengenalan obyek (rona atau warna, ukuran, bentuk, tekstur, bayangan, pola, lokasi geografis dan asosiasi),